29 November 2022
GENERASI ILAHI
Membangun Pola Hidup Umat Allah di Dunia Modern
Generasi “ilahi” yang kita telusuri dalam Alkitab adalah ungkapan yang jarang, bahkan dikatakan sangat sedikit sekali digunakan. Penelusuran kata generasi adalah terjemahan dari bahasa Inggris generation ( offspring, keturunan) yang sudah diserap menjadi bahasa Indonesia. Jadi generasi identik dengan keturunan, oleh karena itu supaya tidak membingungkan, sesuai dengan padanannya maka penggunaan ungkapan generasi ilahi dapat dipakai bergantian dengan 'keturunan ilahi'.
Penyelidikan terhadap istilah 'keturunan ilahi'(godly seed, godly off spring) menyatakan bahwa ungkapan itu memang muncul di Maleakhi 2:15 dan 1Yohanes 2:9, baik dalam Maleakhi (LXX, PL yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani) atau 1Yohanes 2:9 mengunakan kata sperma (Yunani : benih, atau keturunan).
Untuk memperjelas padanan kata dalam bahasa Indonesia, kita menggunakan terjemahan Maleakhi 2:15 dalam bahasa Indonesia sehari-hari (BIS) yaitu 'anak-anak yang menjadi umat Allah yang sejati'. Dari kedua terjemahan tersebut saya mencoba untuk merumuskan bahwa keturunan ilahi adalah “anak-anak yang menjadi umat Allah yang sejati” atau lebih singkat dengan sebutan “umat Allah”.
Secara eksplisit dalam PL Allah menyatakan bangsa Israel adalah sebagai umat-Allah (Kel.3:7, 5:1, 7:16, 19:5-6). Keistimewaan orang Israel menjadi umat Allah bukan karena mereka memiliki 'kelebihan' tetapi karena pilihan Allah kepada leluhur mereka (Kej.17:5-9; Yes. 45:4) dan kemudian Allah sendiri menggenapi perjanjian-Nya (Kel.19:5-6). Oleh karena itu dalam PL jelas bahwa semua anak yang lahir dari suami dan istri orang Israel adalah 'umat Allah'. Menjadi umat Allah dalam PL adalah karena 'kelahiran' secara jasmani dari seorang suami dan Istri bangsa Israel, tetapi dalam PB seseorang menjadi umat Allah bukan karena kelahiran secara jasmani tetapi lebih karena 'lahir kembali' secara rohani karena 'iman' dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Mesias (1Pet. 2:2, 9-10 bdk Gal 3:7-8 ).
Pola Hidup Generasi Ilahi
Pola hidup generasi ilahi menurut Kel.19:5-6 dan 1Pet 2:9-10 dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
1. Mendengarkan Firman Allah
Firman Allah adalah otoritas tertinggi bagi umat Allah, kita melihat sebagai contoh bahwa bangsa Israel demikian diberkati jika mereka mau mendengar dan melakukan perintah Tuhan (Ul. 7:14) dan dengan tegas dikatakan bahwa Allah murka kepada umatnya jika tidak mau mendengar (Im.26:15) bahkan dalam Pengkhobath jelas bahwa mendengar lebih baik dari pada mempersembahkan korban (Pengkhotbah 5:1). Mendengar Firman Allah, juga dikontaskan dengan nasihat dari orang fasik sehingga seharusnya bagi generasi ilahi mendengar, merenungkan dan melakukan Firman Allah merupakan suatu 'kesukaan' sehingga dalam kehidupannya mengalami bahwa segala usaha dan pekerjaannya menjadi berhasil.( Mazmur 1:1-5). Sikap untuk mendengar , mempelajari, merenungkan dan melakukan bahkan dalam Mishnah dikatakan:
Ia yang mempelajari Taurat untuk belajar dan melakukan kehendak Allah akan memperoleh banyak kebaikan; dan tidak hanya itu, tetapi seluruh dunia berutang kepadanya. Ia dihormati sebagai seorang sahabat, pengasih Tuhan dan pengasih sesamanya.
2. Berpegang pada perjanjian Allah
Allah memberikan 'perjanjian' kepada orang pilihan-Nya yaitu Abraham bahwa anak-anak laki keturunannya harus disunat (Kej. 17:10), kemudian Allah memberikan perjanjian kepada umat pilihan-Nya (Israel) yaitu tentang hari Sabat (Kel. 31:16), perjanjian 10 Firman di Sinai (Kel 34: 27), tidak memakan binatang-binatang tertentu (Im. 11:1-46 bdk. Ul.14:3-20).
Perjanjian Allah yang diberikan kepada umat-Nya memiliki dua aspek penting bagi manusia, khususnya hidup jasmani yaitu: (1) sunat dan makanan yang berhubungan dengan kebersihan (kekudusan jasmani) dan (2) hari Sabat untuk beribadah tetapi disisi lain secara jasmani supaya manusia dapat beristirahat .
Jadi, makna ibadah juga tidak dapat memungkiri bahwa kualitas manusia juga dapat dilihat dari apa yang ia makan. Saat ini kita mungkin manusia modern baru menyadari, ada beberapa hal yang tidak boleh dimakan yaitu: darah (Im 7:26-27),tidak boleh dimakan sebab Alkitab menyatakan bahwa darah adalah nyawa (Im.17:14) dan manusia modern saat ini mengetahui bahwa dalam cairan darah mahluk hidup dapat mengandung kuman dan racun. Sedangkan lemak dari binatang , tidak boleh dimakan (Im. 7:24-25) sebab bagi manusia akan mengakibatkan kelebihan kolesterol, begitu juga jenis-jenis binatang di air yang tidak bersisik dan tidak bersirip, misalnya kerang hijau tidak boleh dimakan (Im. 10:11-17 bdk. Bil 14:10), sebab binatang ini berbeda dengan ikan; kerang hijau adalah pemakan logam berat (Timbal) dan bila jenis unsur logam ini masuk ke tubuh manusia maka akibatnya otak manusia akan terganggu.
Bukti dalam Alkitab jelas bahwa orang yang memegang pada perintah dan perjanjian Allah adalah Daniel, dimanapun ia berada bahkan sekalipun dalam pembuangan dan ancaman orang kafir, tetap menjaga supaya tidak menajiskan diri melalui makanan (Dan. 1:8, 15, tetap berani memegang kepercayaan kepada Allah (Dan. 3:14-17) ), tetap beribadah sekalipun dilarang (Dan 6:6, 11).
3. Memberitakan Perbuatan yang Besar dari Allah Berkat Abraham itu telah digenapi melalui Yesus sebagai Mesias (Gal 3:14). Hal ini juga menyatakan bahwa orang Kristen sebagai “Israel baru” (Roma 2:29) dan telah mengalami sunat bukan secara daging tetapi secara rohani. Maka jelas tanggung jawab orang Kristen untuk memberitakan kabar baik adalah identik apa yang dilakukan oleh Israel secara jasmani yaitu dengan menyatakan bahwa Allah melakukan perkara besar dalam kehidupan mereka, sehingga bangsa lain berduyun-duyun datang kepada Allah.
Allah sejak awal memilih Abraham dengan memiliki rencana supaya menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (Kej. 12:2). Abraham taat dan ia menjadi 'sahabat Allah' (Yak. 2:24) begitu juga dengan keturunannya akan menjadi kesaksian bagi umat manusia di bumi bila mereka taat kepada dan percaya kepada Allah. Ketaatan bangsa Israel sebagai umat Allah menjadikan bangsa itu menjadi yang besar dan menjadi saluran berkat ( Ul. 28:13-14). Itulah sebabnya kita juga dapat melihat dalam tradisi kemudian pada saat bangsa Israel mengalami zaman keemasan, Daud menuliskan mazmur untuk menceritakan kemuliaan TUHAN (Maz. 96:3).
Giliran pada generasi kita, kita juga adalah umat Allah sesuai dengan 1Pet.2:9; jadi jelas kalau kita menjadi saluran berkat, mengasihi sesama bahkan musuh kita itu semua bukan supaya kita selamat, tetapi itu semua adalah akibat dari pengampunan yang cuma-cuma yang kita terima dari Allah melalui karya Yesus diatas kayu salib dan kita meneladani Yesus yang rela menderita dan mati bahkan masih bisa mengampuni orang yang menyalibkan-Nya.
Relevansi Pola Hidup di Dunia Modern
Kita sadar bahwa pola hidup umat Allah yaitu : mendengarkan Firman Allah, berpegang pada perintah dan perjanjian Allah lalu kita memberitakan kebaikan Allah adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi; harus dilakukan oleh umat Allah. Pada akhirnya kita juga tahu bahwa seluruh hukum Taurat dan kitab para Nabi diringkaskan oleh Yesus dalam Mat.22:37-40 (BIS) yaitu:
Yesus menjawab, "Cintailah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan seluruh akalmu. Itulah perintah yang terutama dan terpenting! Perintah kedua sama dengan yang pertama itu: Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.
Ada bagian yang kurang kita perhatikan, khususnya frasa 'seperti engkau mencintai dirimu sendiri´, kita kerapkali tidak sadar apa artinya itu?…tentu, harus dibedakan dengan egois, dalam hal ini menjaga dan merawat diri sendiri melalui pola hidup jasmani seperti makan, olah raga dan rekreasi. Misalnya dengan memperhatikan tubuh tetap sehat dalam hal makanan kita.
Pola Hidup di dunia modern dan Pola Makan
Dalam tulisan ini gaya hidup di dunia modern
namun secara khusus meninjau dari pola makan khususnya umat Allah terlebih lagi sebagai hamba Tuhan. Oleh karena itu Alkitab juga menyampaikan khususnya sebagai pelayan Tuhan jangan sampai kita menjadi hamba perut ( Filipi 3 : 19). Allah menghendaki agar manusia menikmati makanan dan minuman. (Pkh 2:24) Tetapi orang yang makan dan minum secara berlebihan memuakkan bagi-Nya. ( Ams 23:20,21; Pkh 10:17; Rm 13:13; 1Ptr 4:3; lihat GELOJOH; MABUK.) Karena makan dengan sederhana saja dapat sangat menyenangkan, keadaan orang yang gembira hati disamakan dengan pesta yang tidak ada habisnya. (Ams 15:15) Selain itu, suasana yang penuh kasih menambah nikmatnya makanan. Sebuah peribahasa mengatakan, ”Lebih baik sepiring sayur dengan kasih daripada lembu yang diberi makan dari palungan disertai kebencian.”—Ams 15:17.
Dalam Alkitab Perjanjian Lama kita melihat firman Allah berbicara berubah-ubah mengenai pola makan tergantung situasi dan kondisi alam. Semula sejak penciptaaan atmosfir bumi sangat ideal bersifat sub-tropis karena ada lapisan air pelindung dan makanan yang dianjurkan adalah 'tumbuh-tumbuh-an' (Kej.1:29;3:18) karena manusia cukup hidup dari karbohidrat, namun setelah banjir zaman Nuh dimana kondisi atmosfir bumi telah kehilangan lapisan airnya, cuaca dibumi meningkat dan radiasi matahari lebih banyak masuk ke bumi. Ini menyebabkan manusia mengalami kelemahan tubuh dan umurnya pendek sehingga disuruh 'makan daging' agar memperoleh protein (Kej.9:3). Pada masa Musa dimasa hukum ritual sangat ditekankan oleh para pemimpin agama mulailah 'dibedakan antara makanan haram dan halal' (Im.11; Kel.4:3-22)
Dalam Alkitab Perjanjian Baru kita melihat bahwa Injil anugerah telah menggantikan dan menyempurnakan ritual taurat dan agama amal baik PL dan mulai terlihat pergeseran dalam pola makan. Yesus pada prinsipnya tidak lagi membedakan antara makanan yang halal maupun haram ( catatan : darah tetap tidak diijinkan untuk dimakan, bahkan rasul-rasul dalam sidang mereka telah mengambil keputusan, bahkan dinyatakan bahwa itu adalah keputusan Roh Kudus, tidak memperbolehkan untuk makan darah; Kisah rasul 15 : 20 , 28-29 ) karena yang menajiskan bukan lagi yang masuk ke dalam mulut tetapi yang keluar dari mulut (Mat.15:11) dan Yesus sendiri sehari-hari makan roti, daging domba dan ikan (Mrk.14:12-18; Mat.10:33-37;14:13-21; Yoh.21:1-14; Luk.24:41-43). Perubahan pola makan itu bersangkut paut dengan perubahan agama amal baik didasarkan taurat pada masa PL dan masa PB Tuhan Yesus membebaskan manusia dari kebiasaan PL dan mendatangkan anugerah keselamatan dan bukan karena usaha baik yang mendatangkan kemegahan diri manusiawi (Ef.2:8-10). Rasul Petrus juga mendapat penglihatan mengenai dihilangkannya perbedaan antara makanan haram dan halal (Kis.10:10-16). Paulus menyebutkan bahwa tidak ada makanan yang haram untuk dimakan asalkan dimakan dengan syukur (1Tim.4:3-5).
Namun perkembangan dunia telah mendatangkan berbagai penyakit yang disebabkan pola makan yang salah. Selama ribuan tahun pola makan nabati dan hewani menjadi konsumsi manusia tanpa ada dampak berarti, namun revolusi industri diabad 18 telah menyebabkan situasi atmosfir yang berbeda drastis dengan adanya kandungan karbon dioksida yang tinggi karena asap pabrik dan dengan berkembangnya industri mobil maka kadar karbon dioksida diudara meningkat dan bahkan lapisan ozon makin rusak menimbulkan pemanasan global (global warming). Revolusi industri melahirkan materialisme dan hedonisme gaya hidup dan manusia menjadi sangat konsumtip termasuk dalam hal makan, ini mengakibatkan bertumbuhnya dengan drastis industri peternakan dimana melalui bio teknologi hewan dibuat gemuk mengandung lemak lebih. Akibatnya pola makan manusia dirusak oleh makanan yang 'enak rasanya' tetapi 'bahaya dampaknya,' dan terjadilah berbagai-bagi penyakit baru yang membuat tubuh manusia rentan terhadap berbagai penyakit.
Saat ini kita menyadari semakin banyaknya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh makanan yang berlemak misalnya kolesterol, darah tinggi,asam urat dan berbagai penyakit lain ternyata juga karena pengaruh pola makan (konsumsi) yang tidak sehat dan tidak terkontrol. Fokus pada kehidupan yang teratur dan sehat, sebenarnya merupakan hal yang diperhatikan oleh Allah. Contoh: bangsa Israel tinggal di tanah Kanaan sebagai Tanah Perjanjian yang berlimpah 'susu dan madu'(Kel. 33:3; Yes. 7:22), kedua jenis makanan ini jelas sangat penting dalam menunjang pertumbuhan yang sehat bagi manusia. Tidak dipungkiri banyak orang Yahudi (sebutan untuk orang Israel) dikategorikan orang yang pandai dan cerdas.
Ada kemungkinan faktor makanan yang mereka konsumsi memiliki pengaruh yang besar, misalnya Bagi orang Israel, daging bukanlah makanan pokok tetapi hanya dimakan pada kesempatan istimewa atau ketika penyambutan tamu (contoh ketika Abraham menyambut dua malaikat sebagai tamu) tetapi ikan banyak dikonsumsi sebagai makanan harian (contoh jelas dalam Injil Lukas yaitu Yesus setelah kebangkitan menyantap ikan dengan para murid).
Tetapi tentu karena ketaatan akan perintah Tuhan maka tidak semua ikan atau binatang yang berenang dalam air boleh dimakan. Sebagaimana sudah dijelaskan diatas sebagai contoh kasus: orang mengkonsumsi kerang hijau (ingat ini tidak bersirip dan tidak bersisik), maka jelas termasuk haram (Im. 10:11-17), binatang tersebut adalah pemakan logam berat, maka jelas dengan memakan jenis binatang air tersebut tubuh kita juga akan terkontaminasi logam berat tersebut (dalam jumlah tertentu) mengakibatkan manusia memiliki daya ingat yang buruk (cepat lupa).
Kesimpulan
Pola hidup generasi ilahi jelas adalah mengasihi Allah dengan segenap hati dan jiwa, mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri sendiri. Tetapi hati-hati jangan keliru, mengasihi diri sendiri bukan berarti kita lalu bersikap egois; mengejar kenikmatan melalui apa yang kita konsumsi tidak terkecuali juga yang disebut sebagai hamba-hamba Tuhan; khususnya melalui makanan lezat, mewah mahal, sebagai kesenangan atau bahkan ikut-ikutan trend dalam pergaulan tetapi disisi lain tanpa sadar meracuni diri sendiri melalui kenikmatan semata seperti rokok dan minuman berakohol, termasuk makan dan minum tanpa terkendali .
Sebagaimana dalam kehidupan praktis bangsa Israel dimanapun mereka berada; yaitu dengan berpegang kepada perjanjian Allah, khususnya dalam hal makanan seperti apa yang dicontohkan oleh Daniel, ia adalah contoh sebagai generasi ilahi sekalipun ia masih muda dan hanya seorang buangan di negeri asing. Tetapi tetap taat untuk tidak menajiskan dirinya dengan makanan (khususnya yang sudah dipersembahkan kepada berhala) tetapi lebih memilih memakan jenis sayuran dan minum air daripada memilih meminum anggur (Dan.1:12).
Akhirnya dengan menjaga apa yang ia makan; Ia menjadi seorang yang cerdas, bijaksana dan berpengetahuan sehingga akhirnya menjadi penasihat raja (Dan.1:20), dan bahkan memiliki kedudukan yang tinggi pada dua masa pemerintahan raja yaitu pada zaman pemerintahan Darius dan zaman pemerintahan Koresy (Dan.6:29). Hendaklah kita siap menjadi generasi ilahi yang dapat mengubah bangsa ini mengenal Allah yang benar dan menjadi lebih baik, tentu mulailah perubahan itu dari diri sendiri. Amin