28 November 2022
BAPTISAN AIR
Gereja Bethel Injil Sepenuh dengan sangat jelas menyatakan dalam Pengakuan Iman butir sembilan, bahwa "Setiap orang yang telah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus harus dibaptis secara selam." Pengakuan iman tersebut mengajarkan, bahwa pertobatan dan percaya mendahului baptisan air, dan bukan sebaliknya. Dalam pimpinan Roh Kudus rasul Petrus menegaskan:"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." (KR 2:38).
Dalam pelayanan-Nya dimuka bumi, Yesus telah memerintahkan dan memberi teladan tentang pentingnya Baptisan Air ini (Mat 28:19: 3:13-17). Artinya, iman seseorang kepada Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat pribadi perlu dan harus ditunjukkan dengan perbuatan "memberi diri dibaptis" . Melalui baptisanlah kita mengimplementasikan iman kita dengan perbuatan. Jadi, baptisan air merupakan kesempatan emas untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah pengikut Kristus.
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Sekalipun semua gereja mentaati perintah Tuhan untuk melaksanakan Baptisan Air, tetapi ternyata muncul beberapa persoalan, seperti tentang tata laksananya, atau cara bagaimana baptisan diselenggarakan. Dalam artikel ini akan dibahas masalah-masalah tentang:
Aspek Theologis
Apakah Baptisan air diselenggarakan dengan cara diselamkan atau dipercik?
Apakah Baptisan air menjadi syarat keselamatan?
Apakah anak-anak boleh dibaptis?
Aspek Praktis
Apakah BIMBINGAN PRABAPTIS perlu diadakan?
Apakah baptis ulang diperbolehkan?
Adakah penghalang-penghalang dalam pelaksanaan baptisan selam?
II. KAJIAN FIRMAN ALLAH
A.1. TATA LAKSANA BAPTISAN AIR DENGAN CARA SELAM.
Kata Baptis berasal dari bahasa Yunani “baptizo” yang berarti "to make whelmed" (strong), yang berarti "celup" atau "fully wet", sepenuhnya basah atau benar-benar basah. Dalam kitab Kisah Para Rasul Lukas juga mencatat bagaimana Sida-sida dari Etiopia bersama Filipus dalam proses Pembaptisan demikian, "Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia." (Kisah Rasul 8:38). Dalam Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis, Matius menulis, "Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air ..." (Mat 3:16). Jadi dalam Pembaptisan terjadilah proses "turun (masuk) ke dalam air" dan "ke luar dari (dalam) air."
Dalam kitab Perjanjian Lama yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani/Aramik dalam bahasa Yunani, yang disebut Septuaginta (LXX) ada istilah "baptein" yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "mencelupkan kakinya ke dalam air" (Yos 3:15); "mencelupkan jari ke dalam darah itu"(Im 4:6,17). Jenderal Naaman "membenamkan diri" ke dalam sungai Yordan (2 5:14). Dari penjelasan di atas, baik dari arti kata dan penggunaannnya maupun proses pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis dan orang Etiopia oleh Filipus dapat disimpulkan, bahwa tata laksana baptisan air adalah dengan "turun atau masuk ke dalam air sampai partisipan basah sepenuhnya" karena dicelupkan atau diselamkan.
Lalu, apa makna baptisan selam?
Sekurangnya ada tiga hal penting makna dari baptisan selam.
(1). MENELADANI APA YANG TUHAN YESUS LAKUKAN
Tuhan Yesus sendiri menempuh jalan yang panjang dari tanah Galilea di utara menuju tanah Yudea untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:13-16; Mar 1:9). Sikap rendah hati tersebut dilakukan-Nya untuk memberi teladan bagaimana seharusnya setiap orang beriman harus tunduk atau taat pada kehendak Allah. Ketika Yohanes ragu-ragu atau mungkin takut karena merasa tidak layak membaptis Tuan dan Rajanya,Yesus menegaskan: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." (Mat 3:15). Dan tentu sudah semestinya kitapun mentaati kehendak Allah dengan memberi diri dibaptis. Bagaimana caranya? Maka kita juga harus "turun ke dalam air ... supaya benar-benar basah", atau diselamkan sebagaimana Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis!
(2). BERSAKSI UNTUK TUHAN dan MENDEKLARASIKAN IMAN KITA
Ketika seseorang memberi diri dibaptis, sesungguhnya ia sedang mendeklarasikan imannya kepada dunia, bahwa Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat pribadi. Seorang yang memberi diri dibaptis, ia sedang memberi kesaksian bahwa sesungguhnya ia sudah menjadi pengikut Kristus. Itulah sebuah pengakuan terbuka di depan manusia. Dan ketika kita mengakui Yesus di depan manusia, maka Ia yang setia pun akan mengakui kita di depan Bapa di sorga. Tuhan Yesus menyatakan: "Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Mat 10:32). Baptisan Air adalah sebuah kesaksian nyata, perbuatan iman yang memuliakan Bapa yang di Sorga (Mat 5:16). Ingat, di kitab Wahyu juga dikatakan bahwa Iblis dikalahkan oleh kesaksian kita dan oleh darah Anak Domba (Wahyu 12:11)!
(3). KEPUTUSAN UNTUK MATI SEBAGAI MANUSIA LAMA YANG BERDOSA, BANGKIT SEBAGAI MANUSIA BARU DI DALAM TUHAN YESUS KRISTUS
Baptisan Air adalah suatu komitmen. Komitmen kita untuk menjadi serupa dengan Kristus. Seperti halnya janji sehidup semati pasangan suami istri di depan pendeta, begitu pula dengan baptisan ini. Dengan baptisan kita menyatakan kesediaan untuk sehidup-semati dengan Kristus yang telah rela mati dan bangkit untuk kita. Di dalam baptisan oleh iman kita menyatukan diri kita dengan kematian dan kebangkitan-Nya.
Rasul Paulus menulis dalam surat Roma 6:3-7:
"Tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa."
Dari makna kemanunggalan ini maka baptis selam menjadi semakin jelas dan memang seharusnyalah demikian. Ketika partisipan diselamkan ke dalam air, itulah lambang bagaimana ia telah mati dari dosa-dosanya bersama dengan kematian Yesus. Manusia lama telah mati dan telah dikuburkan bersama dengan kematian-Nya. Dan ketika ia diangkat ke luar dari air, itu melambangkan ia telah dibangkitkan dalam kehidupan baru bersama dengan kebangkitan-Nya."
A.2. BAPTISAN DAN KESELAMATAN .
Tentang keselamatan, Tuhan berfirman melalui rasul Paulus: "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Karena keselamatan itu adalah pemberian cuma-cuma atau anugerah Allah, maka baptisan air maupun perbuatan baik yang lain tidaklah menyelamatkan! Dan anugerah Allah tersebut kita terima setelah kita bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat. Baptisan air adalah tanda pertobatan. Yohanes Pembaptis menegaskan: “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya.” (Mat 3:11.a). Dan dihari Pentakosta, rasul Petrus menjawab pertanyaan orang banyak yang mendambakan keselamatan, demikian: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus."(Kisah 2:38).
(1). Bertobat
Bertobat atau pertobatan berarti suatu perubahan pikiran, mengandung gagasan pengakuan, penyesalan, pembalikan dan perubahan. Dari kitab KPR 2:36-38;20:21 dapat disimpulkan, bahwa pertobatan itu adalah suatu perubahan radikal dalam pikiran, sikap, pandangan dan arah: berbalik dari dosa - berpaling kepada Allah. Seseorang yang bertobat harus berpaling dari dosa dan hidup menurut keinginannya sendiri; agar dapat berpaling kepada Yesus. Dosa-dosa yang dahulu dicintai, sekarang menjadi begitu menjijikkan dan dibenci; sebaliknya, hatinya dipenuhi kerinduan untuk menyenangkan hati Allah saja.
Berdasarkan kajian di atas pertobatan haruslah:
a. Bersifat total (menyeluruh) bukan sebagian.
b. Bersifat permanen, bukan sementara.
c. Ada tekad untuk berubah dan melakukan perbaikan semaksimal mungkin.
Walaupun bila ditilik dari nalar ilmu jiwa pertobatan adalah tindakan manusia sendiri, tetapi Alkitab menegaskan, bahwa pertobatan itu karya Ilahi melalui Roh Kudus. Allah menimbulkan kemampuan rohani manusia, membangkitkannya dari kematian (Ef 2:1-10), melahirkan kembali (Yoh 3:3-7), membuka hatinya (KR 16:4), membuka dan mencelikan mata hati (2 Kor 4:4-6), dan memberinya pengertian.
(2). Percaya
atau iman adalah satu-satunya jalan agar manusia beroleh keselamatan. Iman yang menyelamatkan ini bukan sekedar kepercayaan intelektual atau kepercayaan teologis, yaitu kepercayaan yang hanya berhenti pada pengetahuan akali tentang Yesus. Iman ialah sikap di mana seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan, misalnya melakukan kebajikan, kebaikan moral, kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus, dan berharap hanya dari Dia saja untuk memperoleh keselamatan.
Percaya atau iman yang menyelamatkan ini adalah komitmen hati secara total terhadap Kristus. Itu berarti penerimaan ke-Tuhanan Kristus sepenuhnya, kuasa keselamatan, kemurahan dan pengampunan-Nya dengan hati penuh syukur. Itu berarti meyakini Kristus, kematian dan kebangkitan-Nya sebagai peristiwa sejarah (bukan hanya legenda atau simbol), untuk melepaskan manusia dari penghukuman dan murka yang kekal (Roma 5:8-10).
Iman yang menyelamatkan itu adalah tindakan menyerahkan hidupnya kepada Yesus Kristus dan hanya percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya (Yohanes 3:16; 5:24; I Yohanes 5:10-11; Kisah Rasul 16:31). Kristuslah satu-satunya yang berkuasa mengampuni manusia sehingga manusia menerima kehidupan yang kekal. Roh Kudus dan Firman Allah menyatakan kepada seseorang yang percaya, bahwa ia sekarang adalah anak-anak-Nya dan dapat bersukacita dalam jaminan-Nya, bahwa ia sudah diselamatkan dan menjadi keluarga-Nya (Yohanes 1:12; Roma 8:16; Galatia 4:6; Efesus 1:13-14).
Jadi keselamatan diterima bukan karena baptisan, tetapi karena kasih karunia Allah oleh iman, yaitu bertobat dan percaya. Bertobat dan percaya lebih dahulu, kemudian dibaptis!
A.3. BAPTISAN ANAK-ANAK
Sebagaimana ditegaskan di atas, bahwa seseorang harus bertobat dan percaya dahulu kemudian dibaptis, maka anak anak kecil (berumur kurang dari 12 tahun), belum dapat dibaptis. Mengapa? Karena seorang anak kecil belum dapat mengambil keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan. Alkitab menyatakan, "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak." (1 Kor 13:11). Sebaliknya, seseorang yang sudah dewasa berarti sudah matang dalam pemikiran dan tindakan. Ia sudah bisa bertanggung jawab terhadap tindakan dan keputusannya. Dalam Kisah Para Rasul 2:38 Rasul Petrus menegaskan, bahwa apabila seorang berdosa ingin mendapatkan anugerah keselamatan maka ia harus bertobat dan "memberi diri dibaptis". Itu berarti bahwa seseorang dapat mengikuti baptisan air apabila itu merupakan keputusan pribadinya, tanpa paksaan. Jadi karena anak-anak masih belum dapat membuat keputusan sendiri maka ia belum dapat dibaptis.
B.1. BIMBINGAN PRA BAPTIS
Seseorang yang akan mengikuti baptisan air harus memahami dengan benar tentang makna, syarat, tujuan, dan tata cara baptisan air agar peserta baptisan air dapat memiliki komitmen dan tanggungjawab untuk menjadi orang Kristen yang benar, sehingga calon peserta baptisan air tidak hanya sekedar melakukan formalitas untuk memenuhi syarat tertentu, misalnya untuk pernikahan atau untuk menjadi anggota gereja. Orang-orang yang mengikuti baptisan air hanya sebagai formalitas tidak menunjukkan perubahan dan pembaharuan hidup sebagai orang Kristen, seringkali memberikan kesaksian hidup yang masih buruk dan mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan.
Jadi, tujuan bimbingan prabaptis adalah:
Mengajarkan prinsip-prinsip kebenaran Firman Allah, khususnya tentang makna dan tujuan baptisan air.
Membimbing calon peserta baptisan air untuk bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.
Mengarahkan calon peserta baptisan air agar tetap setia dan menjadi orang Kristen yang bertanggungjawab, misalnya mengikuti perjamuan suci, memberikan persembahan dan persepuluhan, serta mengambil bagian dalam pelayanan.
Mengajarkan arti menjadi anggota jemaat lokal dan mengalami pertumbuhan rohani.
Oleh karena itu, calon peserta baptisan air harus mengikuti bimbingan prabaptis dengan penuh komitmen.
B.2. BAPTIS ULANG
- Berdasarkan Matius 28:18-20; Kisah Para Rasul 2: 38; 10:48; 19:4-5 maka baptis ulang mutlak harus diadakan bila yang bersangkutan:
1. Belum dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
2. Akan mengambil bagian pelayanan dalam Badan Persekutuan GBIS dan belum dibaptis secara selam, misalnya menjadi Pejabat Gereja, Pembela Sidang.
B.3. PENGHALANG-PENGHALANG BAPTIS SELAM
Baptis selam boleh tidak dilaksanakan apabila:
- Calon peserta baptisan air menderita penyakit yang tidak mungkin diselamkan.
- Kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya musim salju, perang.
Baptisan air yang tidak dapat dilaksanakan secara selam, maka cara baptisan air diserahkan kepada kebijakan Pendeta yang bersangkutan asalkan tidak bertentangan dengan Firman Tuhan
III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Aspek Theologis
Baptisan air diselenggarakan dengan cara selam.
Baptisan air bukan syarat keselamatan .
Anak-anak di bawah umur 12 tahun belum boleh dibaptis.
Aspek Praktis
BIMBINGAN PRABAPTIS perlu diadakan.
Baptis ulang dapat dilaksanakan.
Penghalang dalam pelaksanaan baptisan selam adalah keadaan yang tidak dimungkinkan untuk diselamkan.
.