29 November 2022
PENGANTAR
Sejarah adalah paparan obyektif serangkaian peristiwa dalam kurun waktu tertentu, berdasarkan tuturan dan/atau pengamatan (riset) terhadap sumber-sumber yang ada, baik pelaku (nara sumber), maupun data yang ada (dokumen/tulisan).
Berangkat dengan pemahaman demikian maka menulis atau menyusun Buku Sejarah GBIS bukanlah pekerjaan mudah. Pertama-tama karena terbatasnya nara sumber, kalau tidak boleh dikatakan: sudah ‘habis,’ terutama pada masa “kelahiran dan pancaroba” GBIS. Berikutnya, juga sangat terbatasnya data berupa dokumen-dokumen, tulisan-tulisan, dan buku-buku yang menyangkut masalah GBIS. Dan tak kalah pentingnya adalah, karena keterbatasan team-penyusun, baik dalam hal kapasitas maupun waktu. Namun demikian, semata-mata oleh kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, Pendiri – Pemilik, dan Kepala Gereja pada kesempatan ini telah dapat disusun Sejarah dan Perkembangan GBIS sejak tahun 1952 s/d 2002, dengan judul “Lima Puluh Tahun Gereja Bethel Injil Sepenuh Mengemban Amanat Agung.”
Diharapkan pada kesempatan berikutnya dapat pula disusun Buku Sejarah untuk kurun waktu tahun 2002 sampai sekarang.
Setelah mendapatkan masukan dan kontribusi bahan dari Team dan beberapa nara sumber lain, serta dilakukan beberapa wawancara, maka untuk penyusunan buku ini telah dikerjakan bersama:
Bab Satu disusun oleh Pdt. David Soemantri, S.H
Bab Dua s/d Bab Lima disusun oleh Pdt. Paulus Ruswiyadi, S.Th
Sub-bab tentang Jubelium disusun oleh Pdt. Drs. Darmo Handoyo, Apt.
PERJALANAN PANJANG
50 TAHUN
GEREJA BETHEL INJIL SEPENUH
MENGEMBAN AMANAT AGUNG
(Sejarah Kelahiran & Perkembangannya)
PENDAHULUAN
Memahami sejarah gereja, - juga sejarah Gereja Bethel Injil Sepenuh – bukan saja kita belajar tentang peristiwa-peristiwa, tahun dan tokoh-tokoh, melainkan melaluinya kita juga banyak belajar bagaimana pergumulan gereja, kegagalan gereja, keberhasilan gereja, kesalahan gereja dalam mewujudnyatakan perintah Allah yang dinyatakan dalam Firman-Nya. Dengan demikian kita tidak dan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama seperti yang dilakukan oleh gereja masa lalu, dan lebih dari itu gereja saat ini dapat memahami bagaimana “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihiNya” (Roma 8:28) dan bahwa “alam maut tidak dapat mengalahkan Gereja” (Matius 16:18).
Kelahiran Gereja Bethel Injil Sepenuh tidak terlepas dari sejarah lahirnya Gerakan Pantekosta sebagai akibat terjadinya Kebangunan Rohani sebagai karya Roh Kudus yang melanda seluruh dunia pada pertengahan abad XIX yang melahirkan Gereja-Gereja aliran Pantekosta yang bagaikan air bah yang dahsyat telah merambah seluruh negara di dunia hingga menyebar ke Indonesia.
BAB SATU
A. KESAKSIAN ALKITAB DAN BAPA GEREJA
1. Perjanjian Lama
Rasul Petrus menerangkan dengan tegas bahwa peristiwa pencurahan Roh Kudus (yang melahirkan Gereja Tuhan) adalah penggenapan dari janji-janji Allah melalui nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Seperti yang telah di ucapkan oleh para nabi-Nya; Yesaya 32:15; Yehezkiel 36:26-27; 39:29. Tuhan berjanji, ”Aku akan mencurahkan RohKu kepada segala manusia kepada hamba laki-laki dan perempuan juga akan kucurahkan RohKu pada hari itu” (Yoel 2:28-29).
2. Perjanjian Baru
Karena pencurahan Roh Kudus adalah suatu janji Allah, yang lalu ditegaskan oleh Tuhan Yesus (Yoh. 14 : 16 – 17; 16 : 7 – 15; Luk. 24 : 49; KPR 1 : 5), maka Ia sendiri pasti menggenapi janji itu, “Sebab apa yang telah difirmankan-Nya, akan dilakukan Tuhan di atas bumi, sempurna dan segera” (Roma 9 :28). Demikianlah Allah telah menggenapi janji-Nya dalam jemaat mula-mula di Yerusalem (KPR 2:1-4), di Samaria (KPR 8 :14-17), di Damsyik (KPR 9:17, I Korintis 14:18,39), di Kaesaria (Kpr 10:44-48), dan di Efesus (KPR 19:1-7).
3. Montanisme Dan Tertullianus
Aliran Montanisme lahir pada abad ke 2. Montanus berasal dari Phrygia di Asia Kecil. Dia bertobat dan menjadi orang Kristen dan selanjutnya menjadi seorang presbyter ( penatua ) yang bersemangat di Phrygia. Dia mengalami pengalaman dalam Roh yang luar biasa, sehingga dapat melihat kelemahan dari Gereja Katholik pada masa itu. Pengalaman yang luar biasa dalam Roh berdampak pada kehidupan rohaninya yang berbeda dengan kehidupan rohani dari umat Tuhan pada umumnya. Aliran ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, yang memaksa gereja harus mengambil sikap. Dalam sebuah konferensi gereja, aliran ini dianggap sebagai bidat. Pada abad ke 4 aliran ini berhasil dilenyapkan dari gereja barat, sesudah Paus Innocentius I yang mejabat pada tahun 401-417 menentangnya dengan sangat keras. Di gereja timur, sekalipun mengalami penentangan yang sangat kuat, masih bisa bertahan hingga abad ke 9. Tokoh2 dalam aliran ini adalah Priskila dan Maximilla dua orang nabiah. Tokoh lain yang bergabung dalam aliran ini adalah Tertullianus.
Quintus Septimius Florens Tertullianus-. yang berasal dari Khartago. lahir sekitar tahun 155-160 dan mendalami filsafat Stoa, ahli pidato dan lancar berbahasa Latin serta Yunani. Dia dijuluki “orang pentakosta dari Khartago.” Lepas dari anggapan sesat tidaknya aliran Montanisme, kita perlu mengambil hal yang positif dari aliran ini, yaitu menyadarkan gereja akan perlunya kembali mengalami pembaharuan dalam kuasa Roh Kudus. Seorang penulis Sejarah Gereja – Peter Wongso - , menganggap aliran Montanisme ini adalah cikal bakal lahirnya Gereja-gereja aliran Pantekosta. Kita tidak sepenuhnya menyetujui pendapat ini, karena lahirnya gereja-gereja aliran Pantekosta, adalah penggenapan dari janji-janji Allah sebagaimana kita dapatkan dalam Alkitab.
B. MASA PRA – KELAHIRAN
Munculnya Gerakan Pentakosta.
Awal munculnya gerakan Pentakosta terjadi di Camp Meeting di Cherokee County, North Carolina, Amerika Serikat pada tahun 1898. Tepatnya di Shearer School House, yang ditandai dengan fenomena “berkata-kata dalam bahasa asing”. Peristiwa ini terjadi dengan dimulainya 3 penginjil yang berasal dari gereja Baptis dan Methodis, yaitu William Martin, Joe Tipton, Milton Mc Nabb yang dipengaruhi oleh gerakan “Baptisan Api” (Fire Baptism) mulai mengadakan kebangunan rohani di daerah pegunungan di Tennessee Timur. Mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri Kebaktian Kebangunan Rohani tersebut untuk mencari hadirat Tuhan. Selanjutnya Roh Kudus melawat mereka yang hadir dalam kabaktian kebangunan rohani tersebut. Tak pelak ke 3 penginjil tersebut dituduh sebagai “bidat” oleh pendeta-pendeta dari Gereja Methodis dan Gereja Baptis.
Sementara itu bahasa lidah telah menyebar sampai ke segala pelosok sampai anak-anak mengalaminya. Akibatnya, segera datang penganiayaan atas mereka. Rumah-rumah serta tempat kebaktian di bakar oleh para pemimpin gereja dan juga oleh Sheriff (kepala polisi setempat). Karena terdesak pada akhirnya mereka pindah ke rumah William F. Bryant yang menjadi pemimpin kelompok mereka. Tanggal 15 Mei 1902, Bryant mendirikan suatu organisasi gereja yang menjadi cikal bakal dari Church Of God (salah satu Gereja Pantekosta di dunia setelah Assemblies of God).
Pada tahun 1901, Charles Parham, seorang pendeta dari Gereja Methodis Episcopal di Linwood Kansas, yang telah menerima ajaran pencucian sebagai langkah kedua sesudah pertobatan mendirikan “Rumah Kesembuhan Ilahi“ (Divine Home Healing) di Topeka Kansas dan menerbitkan majalah Kesembuhan Ilahi yang berisi kesaksian orang-orang yang telah disembuhkan dari sakitnya. Atas dorongan dari teman-temannya ia mendirikan sebuah Sekolah Alkitab di dalam kota. Ia mengundang setiap hamba Tuhan dan pekerja Kristen untuk menjual apa yang mereka miliki serta memberikan pada orang lain yang membutuhkan dan kepada pekerjaan Tuhan, kemudian masuk Sekolah Alkitab untuk belajar Alkitab dan berdoa. Ia menyewa sebuah gedung yang besar pada tahun 1900 , dan pada tahun itulah berdiri Sekolah Alkitab Bethel di Topeka. Beberapa saat sebelum ia membuka Sekolah Alkitab, ia pernah mengunjungi kota Chicago. Disana ia mendengar khotbah dan pengajaran dari Alexander Dowie – yang terkenal dengan ajaran iman dan kesembuhan Ilahi dan pendiri Perkampungan Kristen “Zion” -. Sekembali dari Topeka ia merasa ada “sesuatu” sesudah pengalaman “penyucian” dan hal itu sangat dibutuhkan pada abad XX ini. Pada bulan Desember 1900 Parham membimbing siswa-siswanya untuk memperlajari “Gerakan Kesucian” (Holiness Movement) termasuk ajaran penyucian dan kesembuhan Ilahi. Parham dan murid-muridnya mengadakan kebaktian malam penutup tahun pada tgl. 31 Desember 1900. Dalam kebaktian tsb seorang siswi yang bernama Agnes Ozman meminta Parham menumpangkan tangan dan berdoa untuk mendapatkan karunia baptisan Roh Kudus. Kejadian itu terjadi lewat tengah malam ketika Agnes Ozman berkata-kata dalam bahasa lain – yang mungkin bahasa Cina. Selama tiga hari Ozman tidak dapat berbahasa Inggris, setelah mengalami pengalaman tersebut. Ia hanya dapat berkomunikasi dalam bentuk tulisan aksara Cina. Peritiwa itu merupakan permulaan dari Gerakan Pantekosta Modern di Amerika Serikat.
Lawatan Allah di Jalan Azusa 312, Los Angeles, Amerika Serikat merupakan peristiwa lain yang menandakan lawatan Roh Kudus pada gereja-Nya. Saat itu di jalan Bonie Brae 214 , ada tujuh orang yang mencari baptisan Roh Kudus, dan pada tanggal 6 April 1906 mereka mendapat pengalaman tersebut. Selama tiga hari mereka berkumpul memuji, menari dan berteriak. Banyak orang berdatangan sehingga tempat itu tidak mampu menampung jemaat yang hadir. Akhirnya kebaktian dipindahkan ke jalan Azusa 312. Orang berkumpul dari jam 10.00 pagi sampai jam 03.00 pagi hari esoknya. Mereka datang untuk mencari keselamatan, penyucian, baptisan Roh Kudus, dan kesembuhan Ilahi. Tempat itu terletak di daerah pertokoan, disatu bangunan tua yang bertingkat dua dan cocok untuk kebangunan rohani.
Api Pantekosta merambah Eropa .
Api pantekosta tidak hanya membakar Cherokee County, Topeka Kansas dan di jalan Azusa 312 Los Angeles namun merambah ke negara-negara lain. Termasuk ke Eropa. Inggris , dipersiapkan untuk gerakan Pantekosta pada tahun 1891-1907. Gerakan ” Holiness” menghasilkan ”Keswick Convention” dan ”Pentecostal Legaue”. Kedua lembaga ini menekankan betapa perlunya pengalaman rohani yang lebih dalam, lebih dari pada pertobatan. Pengalaman ini dinamakan penyucian dari dosa yang dicapai melalui pekerjaan pemurnian oleh baptisan Roh Kudus. Norwegia.
Api Pantekosta yang pertama dibawa oleh T.B. Barrat, seorang bekas pendeta Metodis di Oslo, Norwegia . Sementaradi Amerika ia mengunjungi Azusa Street dan menghadiri pertemuan kelompok Pantekosta di New York. Di sana ia menerima baptisan Roh Kudus dan mulai berbicara dengan bahasa asing. Swedia, seorang pendeta Baptis, Lewi Petrus, setelah membaca laporan kebangunan rohani yang terjadi di Norwegia melalui pelayanan T.B.Barrat, pada bulan Januari 1907 pergi ke Norwegia , dan disana ia menerima baptisan Roh Kudus. Jerman dan Swiss, Jonathan Paul dari Berlin dan Edward Meyer dari Hamburg, datang ke Oslo dan mendapatkan pengalaman Pantekosta, walaupun belum mendapat fenomena khusus, Jonathan Paul menerima baptisan Roh Kudus setelah kembali ke Jerman. Kemudian ia berkhotbah dengan membawa berita Pantekosta ke seluruh negeri.
b. Api Pantekosta membakar Asia. India.
Pandita Ramabai, seorang wanita Kristen India yang cukup berpendidikan memperhatikan kerohanian di daerahnya. Ia membangun panti asuhan dan setiap hari ia mengajak siapa saja untuk berdoa dan meminta kuasa dari tempat mahatinggi. Tiba-tiba seorang pendeta dipenuhi dengan Roh Kudus sama seperti yang terjadi di Amerika Serikat, yang mereka sebut sebagai Baptisan Api. Cina. Pengalaman Pantekosta juga munculdi Cina pada tahun 1908 di sekolah “ Wuchow”. Ini terjadi saat seorang missionaris bernama Netti Moo mendarat di Mucou dan berkhotbah di sekelompok Missionaris baptis dan CMA beserta orang2 pribumi di China. Mereka di baptis dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dengan bahasa asing.
c. Api Pantekosta melanda Benua Lainnya.
Gerakan Pantekosta juga melanda Afrika melalui penginjil Amerika John G. Lake dan Thomas Hezmal Halch (1910), Amerika Latin (1907), Australia oleh Smith Wigglesworth ( 1921), Aimee Semple Mc Pherson (1922) dan A.C. Valdes (1925).
2. Masuknya Pengajaran Pantekosta di Indonesia.
Menurut ahli Sejarah Gereja Indonesia
Berpendapat bahwa kekristenan baru masuk ke Indonesia saat Katolik hadir pada tahun 1511 dan Protestan tahun 1605. Namun ahli yang lain percaya bahwa jauh sebelum kedatangan Katolik dan Protestan pada abad 16 dan 17, kekristenan telah menjejakkan kaki ki Indonesia melalui penginjil-penginjil Nestorian. Gereja Nestorian adalah satu dari gereja-gereja yang paling ” tua ” , karena telah ada sejak abad ke 2.
Itulah gereja di Irak dan Iran. Saat ini gereja Nestorian hanya memiliki jemaat yang kecil. Namun pada abad ke-4 sampai 14, Gereja Nestorian adalah gereja yang paling luas wilayahnya dan paling berhasil dalam usahanya untuk memberitakan Injil ke seluruh Asia. Gereja Nestorian adalah perpecahan dari Gereja Katolik pada abad ke-5.Gereja ini berpusat di Mesopotamia hilir (Irak) dan satu kekhasan dari Gereja Nestorian adalah mereka sangat giat sekali membawa Injil ke tempat2 yang jauh. Gereja Nestorian telah memainkan peranan penting dalam lingkungan agama dan kebudayaan Asia. Pusat-pusat kegiatan Nestorian ini ialah Sekolah Theologia di Nisibis dan biara-biara yang tersebar di seluruh wilayah Gereja Nestoria.
Sekolah Theologia Nisibis di dirikan sekitar tahun 300 dan berjalan terus hingga tahun 1400. Sampai abad ke 12 tidak ada lembaga yang dapat dibandingkan dengan Sekolah Theologia ini. Pada masa kejayaannya, jumlah mahasiswa yang belajar disini sekitar 800 orang. Tidak diragukan lagi, gereja Nestorian telah meluas ke India dan Srilangka pada abad ke -6, ke Tiongkok pada th.635. Ada bukti -bukti bahwa mereka juga telah meluas ke Korea, Jepang,Thailand dan semenanjung Melayu. Antara tahun 1150 dan 1170 seorang sejarahwan dari Mesir, di masa Kalifah Fatimi, yang bernama Shaykh Abu Salih al Amini, dalam sebuah karangannya, menulis antara lain, bahwa ada gereja Nestorian di kota Fansur, yaitu nama kuno untuk daerah Barus di Sumatera Utara. Antara lain dicatat, ”Disana terdapat banyak gereja dan semuanya adalah dari Nasara ( Kristen) Nasathirah (istilah bhs. Arab untuk Nestoria), dan di situ. Dalam kota itu terdapat satu gereja dengan nama: Bunda Perawan Maria.” Pada tahun 1348-49, seorang utusan Katolik bernama Giovani Marignolli, dari orda Franciscan, mengunjungi suatu tempat yang ia sebutkan “Istana Ratu Syeba”. Kemungkinan besar tempat itu adalah kota Bubat, pusat kerajaan Mojopahit yang terletak pada sungai Brantas Jawa Timur. Abd-Nishu, seorang tokoh Nestoria yang meninggal pada tahun 1318, telah menyusun suatu daftar keuskupan Nestoria dimana dia mengatakan bahwa ada keuskupan di “Kepulauan Samudera”, yaitu Dabbag (Java) yang adalah besarnya nomor 15 dalam daftar keuskupannya. Dari beberapa catatan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berita Injil telah dibawa ke negeri ini lewat Gereja Nestorian pada sekitar abad ke-12 atau bahkan mungkin sebelum abad tersebut. Nyatalah bahwa Indonesia, tidak diabaikan oleh Tuhan dalam jangkauan kasih-Nya.
Gereja Katolik Di Indonesia Tahun 1511-1666
permulaan abad ke 16 masuklah faktor baru dalam permainan kekuatan kekuatan ekonomi, politis dan religius di kepualauan Nusantara. Tahun 1511 kota Malaka di rebut oleh orang-orang Portugis, dan kapal-kapal mereka muncul diperairan Jawa dan Maluku. Alasan kedatangan mereka ke Asia adalah :
Pertama : Alasan ekonomis yaitu mencari kekayaan melalui perdagangan.
Kedua : Alasan politis yaitu melemahkan serangan Turki yang dahsyat atas negara2 Eropa dengan jalan memotong jalur perdagangan mereka , diharapkan akan melemahkan kekuatan orang Turki.
Ketiga : Alasan agama , yaitu mencari jiwa-jiwa. Mereka merasa bertanggung jawab atas siar agama Kristen diseberang laut. Seluruh kegiatan gerejawi dibiayai oleh Raja. Sistem ini dalam bahasa Portugis dikenal dengan sistem “Pradoada”, yang berarti Tuan atau Majikan, yang artinya raja sebagai majikan, pelindung gereja di wilayahnya.
Gereja Protestan di Indonesia: Tahun 1605-1910.
Pada tahun 1605 angkatan laut VOC merebut benteng Portugis di Banda dan Ambon. VOC adalah badan dagang Belanda, yang bertujuan tidak berbeda dengan tujuan bangsa Portugis sebelumnya, yakni memperoleh monopoli perdagangan rempah rempah. Karena itu mereka menguasai daerah-daerah yang menghasilkan rempah-rempah. Orang-orang Kristen di daerah tersebut memberontak, namun dapat ditaklukkan. Kedatangan VOC bukan hanya untuk berdagang, namun juga untuk menyebarkan kekristenan. Orang Ambon dan Lease yang sebelumnya penganut Katolik, dipaksa menjadi penganut Protestan. Sama seperti bangsa Portugis, bagi VOC kepentingan agama dan kepentingan berdagang saling bertumpang tindih. Artinya bahwa mereka disatu sisi bertujuan berdagang untuk memperoleh keuntungan, namun di lain sisi juga untuk menyebarkan kekristenan. Namun apabila satu saat kedua kepentingan tersebut saling berbenturan, misalnya penyebaran kekristenan akan merugikan usaha-usaha perdagangan, maka mereka akan mendahulukan kepentingann perdagangan daripada penyebaran kekristenan. .
b. Api Pantekosta merambah Indonesia mulai tahun 1921.
Tahun 1919 merupakan tahun bersejarah yang tidak dapat dilupakan oleh ribuan orang yang mengunjungi The Bethel Temple Meeting di Green Lake, Seattle, Amerika Serikat. Ditempat itu diadakan Kebaktian Kebangunan Rohani yang berlangsung dalam sebuah tenda yang dapat menampung ribuan tempat duduk. Dalam kebaktian tersebut ratusan orang di baptis dalam air, dan lebih dari 150 orang menerima baptisan Roh Kudus. Disamping itu ada ratusan orang lainnya menerima mujizat kesembuhan Illahi, juga beberapa orang lainnya merasa menerima panggilan untuk melayani Allah melalui penglihatan dan nubuat. Diantara mereka yang menerima panggilan Allah untuk bekerja di ladang-Nya, ada 4 (empat) orang perwiran Bala Keselamatan, terdiri dari dua pasang suami istri, yaitu Richard Van Klaveren dengan istri, dan Cornelius E. Croesbeek dengan istri beserta dua putrinya, Jennie dan Corrie.
Kedua pasang suami istri tersebut menemui Pdt. W.H. Offiler, gembala jemaat Bethel Temple serta menceriterakan penglihatan yang ajaib tersebut, serta menyatakan keinginannya untuk menjadi Penginjil guna membawa berita Pantekosta. Negara yang dituju adalah Indonesia/Hindia Belanda. Maka segeralah diadakan persiapan perjalanan yang jauh. Biaya perjalanan diperkirakan 2.200 dollar Amerika Namun setelah terkumpul dana sebesar 1.700 dollar, pemasukan dana terhenti. Keraguan mulai timbul, sementara rencana perjalanan sudah semakin dekat. Namun dengan cara yang sangat ajaib Allah memenuhi kekurangan biaya perjalanan sebesar 500 dollar , melalui seorang wanita Ny. Emily Malquist yang disembuhkan dengan ajaib dari penyakit kanker yang telah dideritanya selama 5 (lima) tahun, dan telah membesar sebesar bola sepak. Dokter menyatakan satu-satunya tindakan yang harus dilakukan adalah tindakan operasi, dengan biaya 500 dollar. Wanita itu datang pada Pdt. Offiler mohon untuk di doakan. Dengan pertolongan Tuhan kanker berupa gumpalam daging seberat 8,25 pound keluar dari tubuh wanita itu. Setelah diperiksa oleh dokter, wanita tersebut dinyatakan sembuh total dan boleh masuk dalam pernikahan. Wanita tersebut datang kepada Pdt. Offiler serta menyerahkan uang 500 dollar (yang seharusnya untuk biaya operasi) untuk dipersembahkan bagi pekerjaan Tuhan. Tuhan telah menyediakan biaya perjalan kedua pasang missionaris tersebut sebesar 2.200 dollar Amerika tepat pada waktunya.
Demikianlah maka pada tanggal 4 Januari 1921 berangkatlah mereka dari Seatle, Amerika Serikat ke Indonesia dengan kapal Suamaru ke Yokohama, Osaka, singgah ke Hongkong, lalu ke Pulau Jawa. Bulan Maret 1921 tibalah mereka di Batavia (Jakarta), selanjutnya melalui perjalanan darat, lewat Mojokerto, Surabaya, Banyuwangi dan dengan kapal Varkenboot mereka mennyeberang ke Singaraja (Bali). Kemudian mereka menetap di Denpasar dalam sebuah gedung kopra dengan lantai batu bata yang telah hancur dan atap terbuat dari rumbia, maka mulailah mereka menabur benih Injil Sepenuh dari rumah ke rumah. Pekerjaan penginjilan mereka mengundang reaksi keras dari imam-imam Hindu. Akhirnya demi tidak merugikan perdagangan, pemerintah Belanda melarang kedua penginjil tersebut menetap dan memberitakan Injil di Bali, dengan alasan takut merusak kebudayaan asli Bali. Demikianlah setelah menetap sekitar 21 bulan di Bali, mendekati Natal 1923, kedua keluarga ini berangkat ke Surabaya. Selanjutnya keluarga Pdt. Richard Van Klaveren pindah ke Lawang seterusnya ke Batavia. Sementara Pdt. Cornelius E. Croesbeek menetap di Surabaya. Di Surabaya , Pdt. Cornelius E. Croesbeck berkenalan dengan Ny. Wijnen yang memperkenalkan dengan keponakannya yang bekerja di BPM Cepu yaitu sdr. F.G. Van Gessel, seorang pejabat tinggi di BPM Cepu yang bergaji F.800 (gulden), yang kelak dipakai Tuhan untuk mendirikan GBIS. Setelah mendengar berita Injil Sepenuh, iapun bertobat. Pada tanggal 3 Januari 1923 dimulailah kebaktian pertama bertempat di rumah F.G. van Gessel di Deterdink Boulevard Cepu. Kebaktian berlangsung terus dengan jumlah pengunjung bertambah. Dan 3 (tiga) bulan kemudian yaitu tanggal 30 Maret 1923 diselenggarakan baptisan air pertama di Pasar Sore Cepu yang diikuti oleh 13 orang. Diantaranya terdapat suami istri F.G. Van Gessel. Baptisan ini merupakan tonggak pertama dalam sejarah gereja Pantekosta di Indonesia.
3. Berdirinya GPdI Sebagai “cikal bakal” Gereja-Gereja Pantekosta Di Indonesia.
a. Vereeniging “De Pinkster Gemeente in Nederlandsch Indie
Didirikan Pada tanggal 19 Maret 1923 berkedudukan di Bandung. Dengan keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda, tertanggal Cipanas, 4 Juni 1924 No. 29, kepada Vereeniging tersebut mendapat pengakuan / hak sebagai Badan Hukum. Dan pada tanggal 4 Juni 1937 pemerintah Belanda mengakui Gerakan Pantekosta menjadi “Kerkgenootschap” (Persekutuan gereja) berdasarkan Staadblad 1927 nomor 156 dan 532 tahun 1927 Dengan Beslit Pemerintah no. 33 tanggal 4 Juni 1937, Staadblad nomor 768 nama Pinkster Gemeente berubah menjadi Pinksterkerk in Nederlandsch Indie, dan yang akhirnya pada tahun 1942 zaman pendudukan Jepang berubah menjadi Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI). Dengan pecahnya Perang Dunia II, maka kepemimpinan Gereja Pantekosta di Indonesia, diserahkan pada putera-putera Indonesia, yang disebut Badan Pengoeroes Oemoem (BPO).
Pada bulan Februari 1925 dimulailah Sekolah Minggu yang pertama di Surabaya. Dan pada Januari 1935 didirikanlah Sekolah Alkitab di Embong Malang Surabaya yang bernama Nederlandsch Indisch Bijbel Instituut (NIBI) oleh Rev. William West Patterson. Pada tahun 1936, sejumlah siswa angkatan I diwisuda. Sebagian besar mereka adalah berkebangsaan Belanda. Pada giliran berikut banyak lulusan NIBI adalah putera asli Indonesia. Beberapa waktu kemudian Sekolah Alkitab ini pindah ke jalan Madukoro 16, Lawang, Malang. Pimpinan Sekolah Alkitab ini adalah Pdt. Edmonson yang kemudian diganti dengan Pdt. Bade. Beberapa alumni Sekolah Alkitab di Lawang ini antara lain, Sontang Pardede, dan Victor Siregar. Pada tahun 1952, sehubungan dengan perpecahan dalam tubuh GPdI yang ‘melahirkan’ Gereja Bethel Injil Sepenuh, Sekolah Alkitab Lawang, dipindah ke Beji, Batu Malang hingga kini.
b. Perpecahan dalam tubuh GPdI.
Setelah mengalami kemajuan yang sedemikian pesat, maka mulailah timbul perpecahan-perpecahan dalam tubuh GPdI. Ada berbagai hal yang melatar-belakangi perpecahan-perpecahan tersebut, antara lain menyangkut masalah pengajaran, organisasi, perbedaan pendapat dan lain sebagainya. Dalam tahun 1931 Zs. M.A.Alt keluar dan mendirikan Pinskter Zending. Pdt. Thiesen keluar dari GPdI pada tahun 1932, dan selanjutnya mendirikan organisasi baru Pinkster Beweging, yang kini dikenal dengan nama Gereja Gerakan Pantekosta. Dalam tahun 1936 , missionaris R.M. Devin dan R. Busby keluar dan mendirikan Sidang-sidang Jemaat Allah (Assemblies of God). Pada tahun 1941, Pdt. Sinaga keluar dan mendirikan Gereja Pantekosta Sumatera Utara (GPSU). Tahun 1946, Pdt. Tan Hok Tjwan, memisahkan diri dan mendirikan Sing Ling Kau Hwee (Gereja Isa Almasih). Pada tahun 1952 Pdt. T.G.Van Gessel, keluar dari GPdI dan mendirikan Gereja Bethel Injil Sepenuh, bersama Pdt. Hoo Liong Seng (H.L.Senduk) dan kawan-kawan (22 orang). Dalam tahun 1959 Pdt. Ishak Lew keluar dari GpdI dan mendirikan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Tahun 1966 Pdt Karel Sianturi dan Pdt. Sianipar keluar, dan mendirikan Gereja Pantekosta Indonesia Sumatera Utara ( GPISU ), Pdt. Korompis keluar dan mendirikan Gereja Pantekosta.
Perpecahan demi perpecahan masih terus berlangsung. Misalnya, GBIS mengalami perpecahan dengan GBI dalam tahun 1969-1970. GBI mengalami perpecahan dengan berdirinya Gereja Bethany Indonesia dan Gereja Tiberias Indonesia dan sebagainya. Satu hal yang positif dari perpecahan-perpecahan ini adalah, semakin tersebarnya Berita Pantekosta ke seluruh wilayah Indonesia , bahkan juga hingga keluar negeri. Satu hal yang juga dapat dilihat dengan masuknya Gerakan Pantekosta di Indonesia ialah, bahwa dalam kurun waktu kurang dari satu abad kekristenan di Indonesia telah berkembang sedemikian pesatnya, melebihi perkembangan kekristenan yang dibawa lewat misi Katholik dan Protestan yang telah 2 - 3 abad lebih dahulu menjejakkan kaki di Indonesia.